Kisah cinta uztad Arifin Ilham(Tanpa pacaran)
Kisah yang sangat indah yang saya temukan tentang kisah cinta uztad arifin ilham. Untuk maksut tanpa pacaran adalah tidak berpacaran namun langsung melamar.
Dari pada penasaran langsung saja kita baca kisahnya
Kalau memang jodoh, tidak akan ke mana-mana! Begitu petuah orang tua.
Kisah itulah yang terjadi pada pasangan Arifin dengan Wahyuniati
Al-Waly, putri ketiga dari enam bersaudara dari mantan anggota DPR,
Drs. Teuku Djamaris. Arifin pertama kali bertemu Yuni saat usai
berceramah di kediaman keluarga H. Yusuf di Depok, bulan September
1997. Saat itu Arifin tengah duduk menunggu antrean makan, begitu juga
Yuni. Jarak di antara mereka sekitar tiga-empat meter. Tiba-tiba di
antara keduanya saling beradu pandang dan keduanya pun saling
tersenyum.
Hanya beberapa detik saja adu pandang itu berlangsung dan setelah itu
mereka pun pulang. Setelah itu, mereka pun tidak pernah saling
bertemu, apalagi saling berbicara.
Malam itu Yuni tidak pulang
ke rumah orang tuanya di Kompleks DPR di Kalibata, karena ia memang
berniat menginap di rumah sahabatnya, Fitrah, di Depok. Semula ia
tidak berniat mengikuti pengajian itu, karena niatnya memang hanya
ingin kangen-kangenan ke rumah sahabatnya yang sama-sama dari Padang
itu. Karena itu, ia pun pergi ke pengajian dengan pakaian seadanya,
yaitu celana jins, baju berwarna biru, dan kerudung putih. Tapi, ia
tidak merasa rugi mendatangi pengajian itu. “Ustadnya masih muda,
cakep, dan materi ceramahnya pun lumayan menarik,” kenangnya.
Meski
yakin matanya tidak salah saat melihat kecantikan gadis itu, Arifin
tidak mau mengumbar perasaannya. Ia tak berusaha mencari tahu siapa
dan dari mana gadis itu. Ia biarkan kehidupannya mengalir sesuai
kehendak-Nya. Sebagai makhluk yang berusaha menyerahkan seluruh
kehidupannya hanya untuk Allah, dalam urusan jodoh pun ia pasrahkan
seutuhnya kepada Sang Mahakuasa. Setiap malam dia bangun kemudian
salat tahajud dan berserah diri kepada-Nya.
Sejak masih kuliah
di Universitas Nasional, kemudian lulus kuliah, dan selanjutnya
menjadi dosen di Universitas Borobudur, sudah beberapa kali ia
berteman dengan wanita. Tapi, sejauh itu selalu saja gagal sampai ke
pelaminan.
Hari-hari pun berjalan, ternyata Tuhan belum pula
menunjukkan tanda-tanda akan hadirnya seorang pujaan hati. Suatu hari,
ada salah seorang temannya, Hasan Sandi, yang menawarinya berkenalan
dengan seorang gadis. Katanya, “Ustad Arifin... mau tidak kalau saya
kenalkan dengan seorang gadis. Dia seorang putri ulama.” “Mau, anaknya
tinggal di mana?” Arifin balik bertanya. “Di Kalibata. Tapi, lebih
baik kita ketemu di tempat lain saja, deh.”
Suatu hari di bulan
Februari 1998 Hasan menghubungi Arifin lagi. Ia mengundang Arifin
untuk memberikan ceramah dalam acara syukuran menempati rumah baru.
“Nanti saya kenalkan sekalian dengan gadis itu,” kata Hasan. Saat
memasuki rumah itu, Arifin kaget ketika melihat salah satu foto yang
terpampang di kamar tamu, yang rupanya pernah dia kenal. “Ini, lho,
foto gadis itu,” kata Hasan sambil menunjuk foto itu. Bertepatan
dengan tangan Hasan menunjuk foto gadis itu, seperti disihir, gadis
itu keluar bersama kedua orang tuanya. Hanya beberapa detik, karena
setelah itu gadis yang mengenakan celana biru, baju biru, dan kerudung
putih itu langsung masuk ke dalam lagi. Saat itu Arifin baru ingat
bahwa ia pernah bertemu dengan gadis itu sekitar enam bulan yang lalu,
saat ia berceramah di Depok.
Kali ini Arifin benar-benar jatuh
cinta. Sejak kedua kalinya bertemu gadis itu, ada perasaan yang aneh
di hatinya. Bayang-bayang gadis kerudung putih itu terus mengusik
kesendiriannya. Tapi, berbeda dengan kebanyakan muda-mudi lain, ia
menyampaikan perasaan hatinya kepada Sang Maha Pencipta. Setiap kali
bangun malam, ia langsung bersujud dan bersimpuh di hadapan-Nya.
Sambil berdoa ia menangis dan memohon petunjuk agar diberikan
pendamping hidup yang terbaik untuknya. Selama ini, ia memang selalu
memanfaatkan sepertiga malam yang terakhir untuk-Nya. Hanya, kini
kualitas dan kuantitas penghambaannya kepada Allah itu kian
ditingkatkan. Setiap malam ia salat malam delapan rakaat ditambah witir
tiga rakaat. Memasuki hari kesebelas, ia tiba-tiba mengalami kelelahan
yang luar biasa hingga ia pun tertidur.
Di tengah kelelapan
tidurnya, ia bermimpi seolah menjalankan ibadah umroh bersama gadis itu
tepat tanggal 1 Muharam. Arifin percaya, mimpinya kali ini bukan
sekadar kembang tidur. “Ini adalah petunjuk Allah yang Arifin
terjemahkan untuk menikah tanggal 1 Muharam,” tegasnya. Pagi-pagi, usai
salat subuh, ia langsung menelepon gadis itu. “Aku Muhammad Arifin
Ilham,” katanya memulai pembicaraan. “Aku ingin mengatakan sesuatu
kepada kamu. Pertama, aku ingin menikah dengan kamu tanggal 1 Muharam.
Kedua, niatku ini karena Allah. Ketiga, karena sunah Rasul. Keempat,
aku ingin terbang ke langit. Cuma sayang, sayapku cuma satu. Bagaimana
kalau salah satu sayap itu adalah kamu? Kelima, aku butuhkan jawabanmu
besok pukul 5 pagi.” Gadis itu terduduk lunglai.
Berbagai
perasaan menyelimuti kalbunya. Di satu sisi ia merasa tersanjung dan
bahagia, tapi di sisi lain ia juga merasa sedih dan khawatir.
Bagaimanapun, ia belum mengenal lelaki itu, walaupun ia seorang ustad.
Sebagai gadis, selama ini ia belum pernah pacaran atau pergi berduaan
dengan lelaki. Selain tidak suka pergi-pergi iseng, pendidikan ayahnya
pun sangat ketat. Sudah beberapa kali ia dilamar, tapi selalu ditolak
oleh kedua orang tuanya. Karena
itu, awalnya ia gamang saat ingin menyampaikan lamaran Arifin itu.
Apa boleh buat, lamaran ‘mengagetkan’ dari ustad muda itu harus segera
dia sampaikan kepada kedua orang tuanya, karena esok subuh sudah
ditunggu jawabannya. Untunglah kedua orang tuanya menyetujuinya. Saat
esok harinya, pukul 5 pagi, Arifin telepon dan yang menerima Yuni
sendiri, ia yakin lamarannya bakal diterima.
Satu bulan
kemudian, tepat tanggal 1 Muharam (28 April 1998), Arifin dan Yuni
menikah di Masjid Baiturrahman di Kompleks DPR Kalibata. Dua sejoli
ini ternyata banyak kesamaannya. Antara lain, Arifin maupun Yuni
adalah alumni Pesantren Darunnajah dan Universitas Nasional. Hanya
tenggang waktu mereka yang berbeda. Kedua kakek mereka sama-sama
memiliki pesantren, yang namanya juga sama, Darussalam. Kini, pasangan
ini dikaruniai dua putra, Muhammad Alvin Faiz (4 Februari 1999) dan
Muhammad Amer Adzikro (21 Desember 2000). Saat ini pasangan muda yang
berbahagia ini tengah menantikan bayinya yang ketiga, yang diharapkan
lahir pada bulan Oktober ini. “Saya sangat bahagia, doa saya
dikabulkan oleh Allah,” tutur Yuni yang sehari-hari dipanggil ‘Sayang’
oleh suaminya.
Diceritakannya, sejak sekolah SMP sampai kemudian mengakhiri masa gadisnya, setiap kali usai salat wajib ia selalu berdoa.
Tanpa ada yang menyuruh dan tak ada yang mengajarinya, Yuni selalu
memohon kepada Tuhan agar mendapatkan jodoh pria dengan 10 kriteria.
Antara lain, pria yang saleh, beriman, ganteng, berkecukupan,
terkenal, berakhlak mulia, disayang semua umat, bertanggung jawab, dan
pintar. Katanya, “Alhamdulillah... semua yang saya mohon itu ternyata
ada pada diri Kak Arifin!” (Femina Online)
(Curhat Yuni : (istri Ust. Arifin Ilham))
Yuni
mengaku bangga menjadi seorang istri ustadz. Di benaknya tak pernah
terlintas sedikit pun penyesalan untuk memilih sebagai ibu rumah
tangga. “Sejak kecil saya sudah memiliki keinginan untuk menjadi istri
ustad, karena saya memang dibesarkan dalam keluarga ulama. Karena
itulah, saya memilih jadi ibu rumah tangga,” ungkapnya. Yuni
dan Arifin membiasakan anak-anaknya salat Subuh berjamaah di masjid.
Karena itu, pukul 04.00 kedua anak laki-lakinya wajib bangun dan
bersiap pergi ke masjid bersama rombongan ayah mereka. “Itu rutinitas
wajib. Setelah dari masjid, anak-anak mengaji dan menghafal Al Quran.
Entar ayahnya yang ngetes mereka,” ujarnya. Pernikahan Yuni dan Arifin
dilaksanakan pada 28 April 1998. Yuni menuturkan, hubungan mereka
sebelum menikah tidak diawali dengan pacaran. Keduanya bahkan tidak
pernah bertatap muka. “Sebelum menikah, kami hanya bertatap muka dua
kali. Itu pun secara tidak sengaja,” kata ibu tiga anak itu. Sumber
Ok mungkin hanya itu yang dapat saya bagi untuk kali ini tentang
Kisah cinta uztad Arifin Ilham(Tanpa pacaran). Smeoga dapat memberikan manfaat